Blogger templates

Pages

Kamis, 06 Maret 2014

Corakbatik dan Budaya

Budaya batik


Pahlawan wanita R.A. Kartini dan suaminya memakai rok batik. Batik motif parang yang dipakai Kartini adalah pola untuk para bangsawan
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta

Batik Cirebon bermotif mahluk laut
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Batik dipakai untuk membungkus seluruh tubuh oleh penari Tari Bedhoyo Ketawang di keraton jawa.

 Corak batik

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing

Kamis, 14 November 2013

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf_NmdPEbq83AUrMIUjIcFCYbhk1KN27aU66bGErtPC8n63UKSrjB-7lIxsmxYZBIGr1O0WtWX-vaBv5_29OmQedOeQM4nIwSbHlw2K5dvpKHYtbE5M1UXoErTYuYr0PZymcrV8ZFnSs5f/s400/Supra+Fit+Modifikasi+Gambar03.JPG

sejarah batik jepara

Batik Jepara

byadybambang
Bertepatan dengan peringatan “Hari Kartini”, kami ingin mengucapkan selamat hari kartini untuk seluruh perempuan Indonesia dimanapun anda berada saat ini. Banyak cara untuk memperingati serta memaknai hari kartini ini. Diperingatinya hari kartini adalah sebuah penghormatan atas perjuangan kaum perempuan, simbol persamaan gender, emansipasi wanita. Dan cara kami memperingati hari kartini ini adalah dengan menyajikan artikel tentang “Batik Jepara”.
Jepara sebagai kota kelahiran RA. Kartini ini terletak di ujung utara pulau Jawa, tepatnya di Propinsi Jawa Tengah. Jepara lebih dikenal dengan sebutan Kota Ukir. Tak banyak yang mengetahui jika Jepara juga memiliki kerajinan berupa kain batik. Memang batik Jepara tidak berkembang pesat seperti batik dari daerah lain. Mungkin sebagian orang lebih mengetahui potensi tekstil yang lain, yaitu berupa kain tenun ikat troso.
Seni batik di Jepara telah ada sejak jaman Kartini, sehingga banyak yang menyebutnya Batik Kartini. Namun sayang sudah satu abad lebih batik Jepara hilang dari peredaran. Budaya batik di Jepara tidak lepas dari peran Kartini. Selain bisa membatik, Kartini juga mengajarkan ketrampilan membatik di Pendopo kediamannya. Tak hanya itu, beliau juga menulis tentang batik dalam Bahasa Belanda sehingga batik dikenal disana.
RA. Kartini dan Suami
RA. Kartini dan Suami
Sumber: http://id.wikipedia.org
Motif Batik Jepara yang berkembang awalnya berupa motif bunga kantil, Parang Gondosuli, dan motif Srikaton. Motif-motif tersebut bergaya Mataraman, namun berbeda dengan yang ada di Solo dan Yogyakarta yang lebih masyhur dengan istilah Srigunung. Selain itu motif lainnya berupa lung hitam sogan, flora fauna semacam gajah coklat, srikandi, kembang alas, daun ulir putih, bunga hijau dan ungu, kembang setaman, elung bimo kurdo, sido arum, dan lain sebagainya.
Batik Jepara
Batik Jepara
Sumber: http://cayurvalkyrie.blogspot.com
Batik Jepara Motif Kembang Alas
Batik Jepara Motif Kembang Alas
Sumber: http://hoedas.wordpress.com
Batik Jepara Motif Srikandi
Batik Jepara Motif Srikandi
Sumber: http://hoedas.wordpress.com
Motif Kembang Setaman berupa motif ulir yang dihiasi bunga aneka warna dan kupu-kupu, yang menggambarkan harmoni keindahan taman bunga. Motif Elung Bimo Kurdo berupa bentuk lung yang besar-besar, yang diilhami dari tokoh pewayangan Bima, serta menunjukkan karakter agung, kokoh dan wibawa Bima. Sedangkan motif Sido Arum merupakan motif yang diilhami dari motif-motif klasik yang sudah ada seperti Sido Mukti, Sido Pangkat, dan semacamnya. Motif ini mengandung pesan agar derajat pangkat bermanfaat bagi kehidupan.
Ada juga motif yang terinspirasi dari motif ukiran Jepara. Misalnya motif Parang Poro (Parang Jeporo) yang disusun miring dan berupa stilisasi ranting dan dedaunan yang saling berkaitan. Makna motif ini adalah hidup saling membutuhkan.
Batik Jepara
Batik Jepara
Sumber: http://batikjeparaku.blogspot.com
Ada pula motif baru yang khas, yakni Sekar Jagat Bumi Kartini. Motif ini terinspirasi dari motif Sekar Jagat yang sudah ada namun terdapat nuansa yang berbeda pada garis pembatasnya yang berupa stilisasi bunga melati. Harapan simboliknya, batik yang ada di Jepara ini aromanya akan menyebar ke seluruh penjuru negeri dan lebih dikenal di masyarakat.
Di Jepara sebenarnya tak ada sentra khusus batik. Ada dua desa yang warganya menggiatkan batik walaupun masih perorangan yaitu di desa Panggang dan di desa Troso. Selain membuat tenun ikat, ternyata di Troso ada beberapa warga yang membuat batik, mungkin tepatnya lebih ke pemasaran batik. Pernah kami berbincang dengan salah satu warga yang menjual Batik Jepara di kawasan tersebut, bahwa batiknya memang memiliki corak khas Jepara namun proses pembuatannya dilakukan di Pekalongan. Sehingga warna dan sedikit coraknya menyerupai batik Pekalongan. Batik di Troso Jepara memiliki perbedaan dengan batik lainnya, yaitu batik dibuat dengan dikolaborasikan dengan kain tenun troso sendiri. Di Troso juga banyak dikembangkan batik tenun cap dan batik tenun sablon yang berbahan kain lurik yang kemudian dibatik dengan teknik cap maupun sablon.
Batik Tenun Troso Jepara
Batik Tenun Troso Jepara
Sumber: http://www.kaintroso.com
Batik Tenun Sablon
Batik Tenun Sablon
Sumber: http://batikshuniyya.wordpress.com
Namun hal penting yang patut diperhatikan saat ini adalah membina generasi penerus yang memiliki perhatian terhadap batik. Peran Pemkab Jepara dengan mengupayakan pendaftaran hak cipta untuk karya batik khas Jepara suda dilakukan. Selain itu juga memperluas pengenalan batik, terutama untuk kalangan pelajar di sekolah yang khusus memberikan perhatian pada seni membatik.
Semoga artikel ini bermanfaat.